Senin, 19 Desember 2011

PENDIDIKAN & KORUPSI


“Apa sih tujuan pendidikan?”. Mungkin ketika pertanyaan ini diberikan kepada kita jawabannya macam-macam. Bisa diperkirakan bahwa jawaban yang akan banyak muncul adalah agar menjadi pintar atau jawaban sejenisnya. Dan memang inilah sebenarnya hakekat dari pendidikan, yaitu membuat manusia menjadi pintar, mengerti dan bisa memahami apa yang disampaikan guru. Pendidikan memang dapat didapatkan dari mana-mana, bahkan ketika kita membuang sampah pun kita dapat memperoleh pendidikan. Tetapi yang paling identik dengan pendidikan adalah sekolah, dari mulai TK sampai perguruan tinggi, dan ukuran tingkat pendidikan sebuah wilayah maupun Negara juga dilihat dari sekolah.
Cakupan pendidikan tidak hanya akademik, tetapi juga moral dan mental. Tetapi faktanya tidak seperti itu, pendidikan kita adalah pendidikan angka yang disimbolkan dengan ijazah. Moral dan mentalitas siswa kadang-kadang menjadi urusan belakangan, dan hasilnya adalah Indonesia sekarang ini. Proses pendidikan selama bertahun-tahun ini terabaikan dengan beberapa hari yang penuh kemunafikan. “Hari kemunafikan itu adalah ujian” (saya katakan ini karena saya pernah menjadi pelakunya)
INDONESIA MENJADI NEGARA DENGAN TINGKAT KORUPSI TERTINGGI. Tidak perlu kaget dengan fakta ini, dan sepertinya memang sudah disadari tetapi terus saja berlanjut. korupsi adalah hasil dari pendidikan kita,  karena pendidikan kita hanya mengejar prestasi yang berupa angka, dan angka identik dengan uang.
Coba kita tengok dengan system evaluasi pendidikan Negara kita yaitu Ujian Nasional. Saya merasa ini merupakan system yang sangat tidak adil dan mengajarkan kebohongan. Beberapa sekolah (tetapi banyak) menyadari bahwa siswa-siswanya kurang mampu untuk menghadapi ujian nasional dan penyebab utamanya adalah pemerataan pendidikan. Tetapi sekolah tetap berupaya agar siswa-siswanya lulus dan bahkan yang mereka lakukan adalah “BOHONG” dengan cara yang bermacam-macam seperti menyuruh siswa bekerja sama atau mengganti jawaban. Ironisnya hal ini dilakukan dengan terang-terangan dan di anggap lumrah.
Kebohongan merupakan embrio dari korupsi. Siswa yang diajari kebohongan akan terbiasa berbohong, dan bohong sudah bukan hal yang tabu. Sampai ketika dewasa dan bekerja kebiasaan ini masih bisa terbawa, dah hasilnya adalah KORUPSI!!!!!
Lalu siapa yang salah? Tidak dapat menyalahkan salah satu pihak, karena memang dari akarnya juga sudah salah. Kesalahan terbesar adalah kita lupa mengajarkan pendidikan moral. Tentunya orang dengan moralitas yang baik tidak akan bohong. Tetapi moral saat ini sudah kalah dengan computer, matematika, bahasa inggris, dan pelajaran-pelajaran lainnya.
Lalu apa yang perlu dilakukan? Kembalikan dan laksanakan pendidikan sesuai hakekat yang sebenarnya yang tidak hanya mengejar angka dan pengakuan. Pendidikan bukan hanya untuk mendapat ijazah dan mencari kerja, tetapi untuk kehidupan sehari-hari bahkan ketika kita tertidur.
Kita semua punya potensi korupsi. Belum tentu para aktivis anti korupsi itu tidak mau korupsi. Coba saja kalau ada kesempatan, bisa saja mereka termakan omongan. Tetapi BENTENG terkuat untuk mencegahnya hanya moral.
Tulisan ini HANYA refleksi dari pengalaman dan pandangan saya. Itu saja. 

Internet: Antara Arus Perkembangan Teknologi dan Kemerosotan Moral


Perkembangan tekonologi informasi dalam sepuluh tahun terakhir semakin pesat. Salah satu teknologi informasi yang tumbuh sangat cepat adalah adalah internet. Internet merupakan kepanjangan dari Interconnected network. Jika diterjemahkan secara langsung berarti jaringan yang saling terhubung. Jika didefinisikan secara lengkap, internet adalah kumpulan komputer yang terhubung satu dengan yang lain dalam sebuah jaringan. Semua kalangan masyarakat sudah tidak asing dengan internet, tidak terbatas status sosial maupun usia. Menurut data dari Kementerian Kominfo pengguna internet kita saat ini jumlahnya 45 juta. Sejarah internet Indonesia dimulai pada awal tahun 1990-an, saat itu internet hanya digunakan pada golongan-golongan tertentu khususnya masyarakat menengah keatas dan akademisi. Penggunaan internet pun cenderung terbatas pada urusan-urusan yang dinilai penting saja. Namun saat ini kenyaatannya sangat jauh berbeda, semua golongan masyarakat sudah mulai menggunakan internet untuk berbagai kebutuhan, dari sekedar media berkomunikasi sampai pada urusan penting. Kemudahan dalam mengakses internet merupakan salah satu penyebab meluasnya peggunaan internet, karena saat ini sangat banyak provider internet yang menyediakan internet murah dan alat untuk mengakses internet yang kini tidak hanya terbatas pada komputer saja.
Internet memberikan informasi yang tidak terbatas. Berbagai informasi dapat diperoleh hanya dengan mengetik kata kunci dari informasi yang ingin dicari. Ketidak terbatasan informasi ini memang sangat bermanfaat bagi orang-orang yang menggunakannya dan haus akan informasi, dan tidak jarang banyak orang yang kecanduan dengan teknologi informasi yang satu ini. Informasi yang tidak terbatas ini juga tidak lepas dari efek negatif, kurangnya system penyaringan informasi membuat banyak informasi bisa diakses oleh orang-orang yang tidak seharusnya memperoleh informasi tersebut. Salah satu yang banyak menjadi sorotan akhir-akhir ini berkaitan dengan penggunaan internet adalah konten porno. Budaya, norma social mapaun agama yang ada di Indonesia tidak adanya yang membenarkan tentang pornografi, namun doktrin pornografi ini sangat sulit dicegah dimasa sekarang ini karena akses untuk mendapatkan hal tersebut dimana ditemukan dimana-mana tanpa adanya pengawasan. Selain pornografi, konten-konten lain seperti kekerasan dan perjudian juga berpotensi merusak moralitas pengguna internet. Selain itu bentuk-bentuk penipuan juga marak dilakukan melalui internet. Situs-situs jejaring sosial seperti facebook, twitter, yahoo dan berbagai aplikasi chating yang tersedia memungkinkan penggunanya untuk mendapatkan pergaulan yang tidak terbatas dan tidak jarang mereka terjerumus dalam pergaulan yang menyimpang. Sementara itu meskipun banyak manfaat dalam pengembangan pendidikan, internet juga memiliki dampak negatif seperti meningkatkan terjadinya plagiasi pada penulisan karya-karya ilmiah.
Semakin lama pertumbuhan penggunaan internet semakin meningkat. Pemerintah dan produsen provider internet pun berlomba-lomba untuk memperluas jaringan internet ini hingga ke pelosok-pelosok desa. Arus informasi negatif yang akan merusak moral penggunanya juga semakin tidak terbendung bila tidak segera diantisipasi dengan baik. Tetapi hal ini harus menjadi tanggung jawab semua pihak dan tidak hanya memikirkan keuntungan dari sebagian pihak saja.